kebanyakan
manusia tidak begitu saja menempuh jalan yang disyariatkan penciptanya. kadang
mereka membuat aturan sendiri pada beberapa masalah. pada masalah menjalin
hubungan dengan lawan jenis ini kebanyakan manusia menepuh jalan awal
pernikahan dengan pacaran, sesuatu yang tidak disyariatkan sang pencipta.
melalui
pacaran, pasangan yang berpacaran berharap bisa mengenal kepribadian dan
seluk-beluk pasangannya sebelum akhirnya memutuskan untuk menempuh hidup
bersama.
walaupun
lazim dilakukan manusia saat ini, ada juga yang tidak mengambil jalan pacaran
ini, mereka menjadi generasi muda tanpa pacar dan hidup tanpa pacaran, bahasa
gaul saat ini mencap mereka dengan gelar jomblo. Beberapa macam alasan saat
orang mengambil pilihan untuk menjadi jomblo.
1.
Studi dulu
sebagian
anak muda merasa sadar akan pentingnya ilmu yang harus ia pelajari, sehingga
mereka menunda masalah hubungan dengan lawan jenis dengan alasan karena masih
sekolah tidak bisa dipungkiri hubungan dengan lawan jenis berpotensi untuk
mengganggu konsentrasi, apalagi jika hanya sekedar pacaran.
2.
Kerja dulu
kebanyakan
orang tua juga setuju dengan alasan ini jika anaknya menjomblo. biar kerja dulu, (agak) mapan dulu, biar bias memberi makan anak orang, setelah itu
silahkan pacaran!, demikianlah orientasi bekerja tentu saja mencari
penghasilan. dengan demikian, yang belum bekerja dan tak ingin merepotkan orang
tuanya mengambil alasan ini untuk tidak berpacaran.
3.
Tidak laku-laku
orang
yang seperti ini termasuk kategori menjomblo tidak sengaja, biasanya mereka tidak memilih untuk menjomblo. Jadi jangan terkejut jika yang seperti ini masih
giat mencari lawan jenis untuk dijadikan pacar, kalau ada yang mau, ya… ayo…!.
4.
Malu kepada lawan jenis
ini
alasan yang berhubungan dengan kepribadian, pada dasarnya malu adalah sikap terpuji, dalam banyak hal seharusnya kita mempunyai akhlak malu ini.
dalam pergaulan dengan lawan jenis, malu seharusnya lebih dikedepankan dan
inilah sifat yang terpuji di mata syariat. namun, adanya malu pada seseorang
bias jadi bukan karena orang itu sadar syariat, tetapi karena merasa tidak percaya diri, malu yang seperti ini bias
hilang ketika suatu saat kelemahan-kelemahan diri bisa diatasi. jadi jangan
heran jika tiba-tiba si pemalu menjadi pemberani dalam pergaulan lawan jenis
setelah kelemahannya teratasi.
5.
Karena ALLOH subhanahu wata’ala
alhamdulillah
inilah alasan yang tepat, mengapa menjomblo? karena pacaran tidak
disyariatkan dan sarat maksiat. memang ketika ingin menikah harus mengenal dan
mengetahui calon pasangan hidup, namun pacaran bukanlah cara yang mesti
ditempuh. informasi mengenai calon pasangan hidup bisa diperoleh lewat sumber
yang terpercaya; keluarganya, teman dekat maupun saudaranya tanpa harus mendekati
si dia.
Dan yang harus kita
pertahankan agar jomblo tetap PD ( Percaya Diri ) yaitu:
1.
Niatkan karena Alloh subhanahu
wata’ala inilah yang menyebabkan kita jadi percaya diri dalam status jomblo,
ditengah-tengah kerumunan muda-mudi yang terjerumus dalam pacaran. Insyaallah
dengan berbekal niat seperti ini kita memperoleh pahala dari alloh subhanahu
wata’ala, sebab, kita meninggalkan perbuatan maksiat dalam rangka mendapatkan
keridhoannya.
2.
Yakini bahwa aktivitas pacaran
adalah maksiat di dalam pacaran ada serangkaian aktivitas maksiat yang
mengantarkan pelakunya pada perbuatan zina. Mulai dari melihat, memegang,
bersepi-sepi, dst. yakini bahwa pacaran adalah perbuatan munkar, sehingga kita
pun tenang mengatakan “alhamdulillah , aku jomblo”.
3.
Tenang dengan takdir Alloh subhanahu
wata’ala fitrah manusia memang selalu tertarik
dengan lawan jenisnya, keinginan untuk menyalurkan ketertarikan kepada lawan
jenis adalah sesuatu yang manusiawi. namun jangan sampai hal ini membuat kita
menempuh jala yang dilarang alloh subhanahu wata’ala. yakinlah dengan takdir
allah subhanahu wata’ala, bahwa masa-masa itu akan datang (pernikahan).
4.
Banyak-banyak melakukan amalan
sholih gunakan setiap waktu yang diberikan oleh alloh subhanahu wata’ala dengan
memperbanyak amalan sholih yang sesuai. misalnya puasa sunnah, sholat malam,
menghafal al-qur’an, birrul walidain dsb. kesibukan dalam hal kebaikan ini akan
memupus keinginan hati terhadap hal-hal yang dimurkai oleh alloh subhanahu
wata’ala.
5.
Gunakan waktu dengan sehebat mungkin
jangan sampai waktu yang ada kita gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat
bagi dunia dan akhirat kita, waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik
merupakan penyakit berbahaya bagi pemikiran, akal dan badan.
6.
Jauhi tontonan, bacaan dan hal-hal
yang mendorong untuk berpacaran hati manusia itu lemah, bila dorongan untuk
melakukan maksiat begitu besar maka seseorang akan mudah terpengaruh dalam
perbuatan maksiat, dorongan itu bisa berasal dari tontonan, bacaan, lingkungan,
yang dorongan tadi mesti ditepis jauhjauh dengan menghindari sebab.
disisi
lain, sepantasnya kita berusaha untuk mencari bacaan, tontonan dan lingkungan
yang mendorong kita untuk semakin taat kepada alloh subhanahu wata’ala.
sumber : majalah el-fata ed 5 vol 7 2007copypaste dari bulletinboard akh abu hanif
www.majalah-elfata.com